Saturday, October 9, 2010

DOSA LIDAH : Janji Bohong

Bencana Lidah : Janji bohong 

Lisan atau lidah manusia memang gemar membuat janji, tetapi seringkali pula jiwa tidak ingin menepati janji yang dibuat oleh lisan tadi. Maka dengan itu jadilah janjinya bohong atau janji yang dimungkiri. Itu adalah tanda-tanda adanya sifat nifaq pada orang itu.

Allah telah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman tepatilah janji-janji.” (al-Maidah:1)


Sabda Rasulullah s.a.w. pula:

Janji itu adalah pemberian.” 

Allah s.w.t, telah memberikan setinggi pujian ke atas Nabi Ismail a.s. di dalam kitabNya yang mulia dengan firmanNya:
“Sesungguhnya ia (Ismail) adalah benar janjinya.” (Maryam: 54)

Apabila Saiyidina Abdullah bin Umar telah hampir menemui ajalnya, beliau berkata: Sebenarnya dulu ada seorang Quraisy telah meminang puteriku, dan aku telah mengikat suatu perjanjian untuk menikahkan puteriku itu kepadanya. Demi Allah aku tidak gemar menemui Tuhan, sedang sepertiga dari sifat nifaq itu ikut bersama-samaku. Oleh itu saksikanlah, bahwasanya aku telah menikahkan si Fulan itu dengan puteriku.

Diceritakan dari Abdullah bin Abul-Khansa’, katanya: Saya pernah mengikat janji dengan Rasulullah s.a.w. sebelum baginda diangkat menjadi Nabi. Ada barang yang saya janjikan kepadanya akan saya bawa ke tempat yang telah dipersetujui, tetapi malangnya saya terlupa hari itu dan juga esoknya. Maka saya mendatanginya pada hari ketiga, dan saya dapati baginda masih tetap menunggu di tempatnya. Bila saya sampai, maka baginda berkata: “Wahai pemuda! Engkau telah menyakiti aku dengan janjimu, sebab saya berada di sini menunggu sejak tiga hari lalu.

Ibnu Mas’ud r.a. pula bila berjanji, niscaya ia akan berkata: Insya Allah. Cara beginilah yang lebih baik.

Sesudah berkata Insya Allah, jika ia memang faham bahwa menepati janji itu adalah wajib, maka hendaklah ia menepati janji itu, kecuali jika dihalangi oleh keuzuran. Akan tetapi jika ketika membuat janji itu, hatinya telah bertekad untuk memungkirinya, maka itulah yang dinamakan sifat nifaq.

Sabda Rasulullah s.a.w.:

“Tiga perkara, barangsiapa yang berada di dalamnya, maka ia dicap munafik, sekalipun ia puasa, sembahyang dan mengaku dirinya seorang Muslim, iaitu; Bila berbicara ia bohong, bila berjanji ia mungkiri, dan bila menerima amanat ia khianat.” 

Sabdanya yang lain:

“Empat perkara yang jika seseorang manusia ada di dalamnya, maka ia menjadi munafik, dan barangsiapa mempunyai salah satu dari sifat-sifat itu, samalah seperti ia mempunyai sifat kemunafikan, sehingga ia menjauhinya lagi: Jika berbicara ia dusta, jika berjanji ia mungkiri, jika membuat pengakuan ia belot dan jika menuntut ia curang.” 

Sifat-sifat ini hampir-hampir tertimpa ke atas orang yang ketika berjanji, ia siang-siang telah berazam untuk menyalahi janjinya, ataupun yang memungkiri janji tanpa apa-apa keuzuran.

Adapun orang yang berazam untuk menepati janji, tiba-tiba tanpa disangka-sangka pula timbul suatu keuzuran yang menghalangnya dari memenuhi janjinya, maka orng itu tiadalah terkira seorang munafik, meskipun pada lahirnya sifat kemunafikan itu berlaku atas dirinya. Walau bagaimanapun sebaik-baiknya, hendaklah ia cuba menghindarkan diri dari terkena sifat kemunafikan itu, sebagaimana ia menjauhkan dirinya dari hakikat kemunafikan juga, iaitu dengan mencari jalan supaya keuzuran tidak akan berlaku, bila ia membuat sesuatu perjanjian, tanpa ada sebab yang benar-benar dharurat.



Sahabat..ketahuilah. Apabila dimungkiri itu, ia sakit dan pedih. Jadi hindarilah dari memungkiri...

JANGAN HIDUP BAHAGIA ATAS AIRMATA ORG LAIN!

Lama berhabuk blog ni. Semua gara-gara kesihatan yang silih berganti datang. Selepas melalui perjalanan yang memedihkan. Ana bangun dengan semangat baru. Hampir juga nak membuka niqab dan kembali menjadi apa yang ana sudah buang jauh-juah dari hidup satu masa dulu....

Allah lah yang mengirim kekuatan.

Diberinya pengertian dibalik semua ini. Ana redha dengan keputusan bakal kembali menjalani harian sebagai orang bujang tanpa berstatus istimewa. Dan tidak ada lagi tema 'darah manis' yang blh dileraikan dibibir-bibir manis sahabat-sahabat disisi. Mulanya, airmata memang jadi teman setia. Apatah lagi saat itu dilanda badai dugaan Allah, disantau orang, dan darah beku yang sudah tidak terbendung lagi hingga dimarah Neurologist mengatakan ana terlalu memikirkan perasaan orang yang sudah tidak ada gunanya dalam hidup...

Sekali lagi, Allah kirimkan mereka-mereka yang menguatkan hati.

Turun naik pejabat kaunseling. Malah, rasa tebal dimuka setiap kali bertemu kaunselor sudah makin tipis dek kerana airmata tak pernah kering tertumpah dipipi acapkali ditenangkan. Apakan daya, ana berhati wanita..Pasti akan tiba saat dimana kesabaran itu tertancap juga durinya...

Puas mengenepikan perasaan sendiri. Akhirnya, hati terpaksa akur. Jiwa,hati dan perasaan akhirnya kosong. Kosong sekosong tanpa lagi doa "dia jodohku..." Bukan berputus asa. Tapi inilah harga pada sebuah penantian. Harga diri yang bersemayam akhirnya roboh dimalukan dgn hati mereka yang sewenang-wenangnya menghukum tanpa bicara..

Tak apelah....hari ini pasti kau bahagia..Pasti kau gembira, ketawa berdekah-dekah dan puas dgn keegoan. Tapi ingatlah, jangan sekali-kali merasa bahagia diatas keperitan org lain. Sebab Dia menyaksikan segala perbuatan kita. Lambat,cepat bukan pilihan kita...Tapi selagi ada ruang bernafas, datanglah kerumah utk minta maaf....sebab aku tak pernah redha dengan apa yg kau lakukan terhadap maruah keluarga aku...